Senin, 22 September 2014

APA AJA

Tampak bengkak kedua mata Putri, ia hanya bisa duduk terdiam dan terpaku pada seujung dipan yang memang sedari tadi telah menemaninya. Gejolak batin yang saat ini sedang ia rasakan benar-benar telah menguras air matanya. Ya menguras air matanya.
Ia benar-benar merindukan sesosok wanita yang dicintai dan disayanginya. Wanita yang telah melahirkannya. Namun, kerinduan yang sedang Putri rasakan, tak lebih hanya bisa terobati oleh oleh sebuah foto usang. Dia menatap foto itu dalam-dalam. Sesekali ia memeluk foto itu, sesekali ia dengan penuh perasaan mencium foto itu dengan harapan semua yang selalu ia lakukan pada foto itu akan menjadi kenyataan. Putri benar-benar merindukan wanita itu. Karena, sedari kecil Putri tak pernah merasakan mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari wanita yang disebutnya “IBU” itu. Wajahnya semakin sedih, mengingat Putri saat ini hanya tinggal sendiri dalam sebuah rumah sederhana hasil dana sumbangan bagi korban gempa. Ya, korban gempa.
4 tahun yang lalu, Putri tertimpa musibah. Ia harus kehilangan ayah dan keempat saudaranya yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya akibat gempa dahsyat yang mengguncang Purwonosari daerah tempat dimana Putri tinggal. Putri semakin sedih mengingatnya. Dia terus menerus memikirkan kejadian yang menimpa keluarganya yang telah lalu itu. Selain itu, Putri pun tak tahu dimana Ibu Putri saat ini. Ia tetap terdiam, tetap merenung dan tetap bersedih dengan aliran air mata yang semakin deras menuruni pipinya hingga membasahi kerudung yang sedang ia kenakan.
Putri tak pernah tau tentang ibunya karena sedari kecil ibunya telah pergi entah kemana setelah melahirkan Putri. Putri saat ini telah tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berhasil. Ia saat ini telah menyelesaikan kuliahnya di fakultas sastra inggris dengan nilai Qumloat. Walaupun Putri hidup sendirian, dia mendapat beasiswa hingga lulus kuliah. Terbukti, saat ini Putri telah tinggal dalam rumah yang nyaman dan mendapat pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan. Putri bertekad mencari ibunya. Putri ingin bisa tinggal bersama ibunya dengan hasil jerih payahnya selama ini. Namun, Putri bingung. Ia harus mencari ibunya kemana? hanya sebuah foto usang yang ia jadikan sebagai petunjuk untuk menemukan ibunya. Sebuah petunjuk yang Putri berharap dapat bertemu dengan wanita yang benar-benar dirindukannya selama 27 tahun.
Siang, malam Putri mencari kesana kemari. “Sudah 27 tahun, apakah Putri tetap dapat bisa menemukan ibu Putri? Putri tidak tau ibu sekarang dimana. Putri tidak tau ibu sekarang tinggal dimana dan dengan siapa, petunjuk apa lagi yang harus Putri miliki untuk bisa menemukan wanita perkasa yang telah melahirkan Putri? Putri bingung, Putri telah mencari hampir ke seluruh daerah Jawa Tengah ini, namun tetap saja tidak Putri temukan” begitu kata hati Putri berkata dengan penuh rasa kekecewaan yang mendalam. Tidak mudah memang mencari seseorang yang telah lama hilang dengan petunjuk hanya sebuah foto usang yang belum tentu semua orang dapat mengenalinya. “oh ibu, dirimu dimana sekarang? ibu, Putri benar-benar merindukan ibu” Putri kembali bertanya-tanya dalam hati. Putri yang telah merasakan kelelahan, masih tak henti untuk mencari dan terus mencari.
Pada saat sang jingga tak mampu lagi untuk menampakkan sinarnya, Putri berjalan dan terus berjalan hingga akhirnya Putri menatap sebuah sanggar tari. Sebuah sanggar yang benar-benar sederhana dengan ornamen-ornamen khas yang terdapat di depan pintu dari sanggar tari yang sedang berada di depan mata Putri. Putri lelah, kemana lagi ia harus mencari ibunya. Sebuah sanggar yang saat ini sedang di depan matanya itu, seperti menarik hati Putri untuk menumpang istirahat sejenak di dalam. Seperti ada ikatan yang kuat, supaya Putri beristirahat di dalam. Atau mungkin perasaan itu hanya perasaan yang lelah saja karena telah seminggu Putri mencari wanita yang sangat ia rindukan. “Tetapi, ini kan sanggar, ini bukan villa atau hotel, bagaimana Putri dapat beristirahat di sini? apakah diijinkan?” Putri terus bertanya dalam hatinya. Namun, kelelahan yang sangat ia rasakan saat ini membuat ia memberanikan diri memasuki sanggar tari yang telah dilihatnya sedari tadi.
Tampaklah di dalam, beberapa anak-anak perempuan yang bisa dibilang usianya masih sekitar 8 – 10 tahun sedang asyik menari diiringi lantunan nada dengan gerakan tari mereka yang begitu luwes dan begitu menarik untuk disaksikan dua pasang mata Putri.
Namun, disisi yang lain Putri melihat sesosok wanita yang cantik nan sederhana dengan selendang hijau di pinggangnya yang sedang ia kenakan. Namun, terlihat wanita itu tidak sedang gembira. Wanita itu, tampak tidak bersemangat. Wanita itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Ah apalah yang sedang Putri pikirkan, kenapa Putri memikirkan apa yang sedang terjadi pada wanita itu. Tetapi, hati Putri merasakan sesuatu aneh yang menyelimuti pikiran saat melihat sesosok wanita yang sedang berada pada ujung dinding dengan bunga-bunga yang menemaninya. Putri bingung, Putri merasakan sesuatu yang ganjil sedang menyelimuti pikirannya saat itu. Putri yang tidak tega melihat wanita itu sedang melamun, ingin sekali dapat menanyakan apa yang sebenarnya wanita itu sedang pikirkan dan membuatnya tidak bersemangat. Namun, siapalah Putri. Datang ke sanggar tari yang sederhana saat itu baru pertama kali. Jika Putri langsung menanyakan ibu itu kenapa, berarti Putri lancang dan sok tau banget. Sok akrab juga. Namun, Putri ingin menanyakan. Putri penasaran dan Putri benar-benar ingin mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada wanita yang duduk melamun pada seujung dinding dengan kursi yang menopanganya sedari tadi.
Karena rasa penasaran Putri yang memburunya sedari tadi, Putri pun memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya sedang ibu ituu rasakan dan sedang dipikirkan. Tanpa pikir panjang, Putri pun memulai pembicaraan dengan wanita berselendang hijau itu.
“Permisi ibu, ibu.. yang mengajar disini yaa?” basa basi Putri dengan wanita berselendang hijau itu pun dimulai.
“Oh, iya nak, saya yang mengajar tari disini. Dan kebetulan, saya juga pemilik dari sanggar tari di sini. Emmmm, maaf nak.. kalau ibu boleh tau nama mu siapa nak, dan ada perlu apa datang kemari? Sepertinya kamu kelelahan nak”
jawab wanita itu dengan penuh senyuman yang tidak menampakkan kesedihan yang sedang wanita itu rasakan tadi saat sebelum mengobrol dengan Putri.
“Nama saya Putri bu, iya saya lelah sekali bu. Saya sudah seminggu ini mencari ibu saya, saya hanya memiliki sebuah foto usang yang saya tunjukkan kepada orang-orang yang saya temui. Namun, satu pun dari mereka tidak ada yang mengenali wajah dalam foto yang Putri tunjukkan. Putri bingung, Putri benar-benar ingin bertemu dengan beliau bu..”
air mata dalam mata Putri tampak telah menggenang dalam ujung bola mata yang sedari tadi merasakan perasaan rindu yang benar-benar tidak terhankan.
“Kalau boleh ibu ingin melihat fotonya nak, siapa tau ibu kenal dengan orang yang sedang nak Putri cari keberadaannya”
dengan senyuman simpul di bibir wanita yang benar-benar tulus itu membuat perasaan Putri sedikit lega melihat senyumannya yang benar-benar mampu menenangkan hati Putri yang tadinya telah dilanda rasa rindu yang tak terhankan.
Dengan cekatan, tangan Putri langsung mengambil sebuah foto usang yang ia taruh dalam tas yang sedari tadi ia peluk. Ia menunjukkan foto itu kepada ibu pemilik sanggar yang mendengarkan Putri menceritakan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Dengan penuh harap, Putri dapat segera bertemu dengan ibunya yang sudah 27 tahun pergi entah kemana tanpa sebuah pesan dan tanpa sebuah alamat dimana beliau tinggal saat ini. Putri penuh harap, ibu yang ia temui saat ini mengetahui tentang ibunya yang sudah lama hilang tanpa jejak dan tanpa berita. Benar, putri hanya bisa berharap dari sebuah foto yang menurutnya dapat mengantarkannya kepada siapa ibunya dan dimana ibunya berada dan bagaiman keadaan ibunya saat ini.
“Ini bu, fotonya… apa, ibu mengenalinya?”
Dengan perasaan cemas penuh harap, Putri menunggu jawaban dari ibu yang diketahui namanya adalah Ibu Marni pemilik sanggar tari saat ini.
“Apaaa…? tidak mungkin… tidak mungkin…”
Tetesan air mata terjatuh dari kedua bola mata ibu Marni dengan cepatnya. Ibu Marni terasa sedih, terkejut. Putri pun terkejut, ia tak tau kenapa Ibu Marni menangis saat melihat foto usang yang sedang dalam genggamannya.
“Ibu… Ibu Marni kenapa? Ada yang salah dengan foto itu?”
Putri terus bingung, lantaran sedari tadi jawaban yang Putri tunggu tak didapatnya. Entah, apa yang sedang Ibu Marni rasakan. Entah, apa yang membuat Ibu Marni menangis karena melihat foto usang itu.
Tak lama kedua tangan telah mendarat di punggungnya. Ibu Marni yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Putri tiba-tiba memeluk Putri dengan lekasnya. Putri terkejut, sebab Putri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Terdengar suara dari 2 buah telinga Putri bahwa Ibu Marni mengatakan.
“Anaaakkkuuu…”
Sontak, dengan rasa tidak percaya, Putri melepaskan pelukan Ibu Marni. Seribu pertanyaan mendarat di pikiran Putri. Namun, ia hanya melontarkannya beberapa kepada Ibu Marni.
“Maaf bu, ibu tadi bilang apa? anakku? maksud ibu, Putri anak ibu? darimana ibu bisa tau? jika benar, Ibu Marni adalah ibu Putri, kenapa Ibu dulu meninggalkan Putri? ayah tidak pernah bercerita tentang Ibu. Ayah bungkam, setiap kali Putri bertanya tentang Ibu”
dengan perasaan haru sekaligus bahagia, namun terbersit rasa sedih dalam Ibu Marni. Ibu Marni dengan sabar menceritakan semuanya pada Putri.
“Iya nak, benar.. Ibu adalah Ibumu… Ibu yang sudah kau cari kemana-mana. Ibu sedih memikirkanmu nak, ibu tak tau kabarmu. Ibu tak pernah tau kau tinggal dimana saat ini. Ibu meninggalkanmu karenaaa… Karenaaa…”
“Karena apa bu..? karena apaa? karena ibu tidak sayang pada Putri? karena ibu memang ingin meninggalkan Putri? Putri rindu ibu, kenapa Ibu tega meninggalkan Putri?”
Putri sedih tak berkesudahan, terlihat dari dua bola mata Putri yang sedari tadi mengeluarkan air mata dengan derasnya hingga membasahi kerudung birunya untuk yang kesekian kalinya.
“Dengarkan ibu nak, keadaan ibu saat itu serba salah nak. Maaf hanya itu yang bisa ibu katakan saat ini. Jujur, kamu bukanlah anak dari ayahmu nak. Ibu dulu telah melakukan hubungan gelap dengan lelaki lain. Ayahmu marah besar nak kepada ibu. Ibu diusir dari rumah. Ibu pun diceraikan oleh ayahmu. Namun, ibu meminta supaya setelah kamu lahir, kamu tetap tinggal dengan ayahmu. Bukan bersama wanita yang telah berdosa besar dan berzina ini. Ibu hanya tidak ingin kamu menanggung malu karena hidup bersama ibu. Maka dari itu, ibu meminta ayahmu untuk tetap membiarkanmu tinggal bersama ayahmu. Maafkan ibu nak, ibu bukanlah ibu yang baik. Ibu bukanlah ibu yang pantas kau jadikan teladan. Ibu hanyalah menjadi AIBmu. Maaf nak..”
Mendengar pengakuan dari wanita yang diketahui Putri ternyata ibunya itu, Putri lantas tertegun. Putri sangat merasakan kesedihan yang mendalam dan lebih dalam lagi. Putri kecewa, Putri dilemma dan Putri benar-benar hanya bisa meneteskan air mata penuh kekecewaan dan kehampaan.
SELESAI

Minggu, 14 September 2014

... lapah bannar cil e

 

.
tekadang hidup ini tak sesuai dengan apa yang kita harapkan,, tetapi hidup ini selalu sesuai dengan apa yang telah di takdirkan .
Dan mungkin bayak orang berpikir kalau suatu masalah itu adalah kegagalan, padahal semua itu tidak sepenuhnya.
 Karena sadarilah kesalahan yang telah kita lahkukakan itu  adalah suatu kebenaran yang tertunda,,



" INGGAT SINI GIN NAH, LAPAH SUDAH CIL AE MAMIKIRAKAN KATA-KATANYA "

" DO'A KU MALAM INI "





YA ALLAH tolong tolonglah hmbamu yang lemah dan tak berdaya ini,tolong bwrikanlah hamba seseoarang yang dapat mengertikan hambamu ini YA ALLAH.
Karena hambamu ini juga ingin barbahagia dengan seseorang yang saling mencintai dan menyanyangi di antara kami berdua, walaupun hanya dalam penatian hmba YA ALLAH.

Hamba akan selalu sabar dengan semua kejadian-kejadian yang takberpihak kepada hambamu ini YAALLAH.
Tetapi hamba juga akan selalu berusahadan berdo'a untuk mencari di mana kebahagiaan yang telah ada di dalam kehidupan hambamu nantinya itu.

Tetapi tolong kuatkan,tabahkan,dan berikanlah jalan hambamu ini untuk mencapai apa yang telah engkau janjikan itu YA ALLAH.
Agar hamba juga dapat berbahagia dan tersenyum yang selalu tersirat di bibir hambamu ini YA ALLAH.
Karena hamba juga ingin bahagia dengan orang yang saling mencintai dan menyangi,, antara hamba dengan seseoarang yang telah di takdirkan untuk mengisi hari-hari hambamu yang kosong ini YA ALLAH.

" KEGAGALAN = KEMENANGAN "

 Mungkin kita tak pernah tau kapan kita akan mendapatkan suatu kegagalan dalam sebuah penantian yang kita harapkan, dan kita pun juga tak pernah tau kapan lita mendapat kan sebuah kemenangan atau sesuatu yang kita harap-harapkan dan kita nanti-nantikan .
Entah itu di hari-hari yang dalam waktu dekat atau pun waktu yang lama.

Tapi kita harus selalu mencubanya walaupun kita sering terjatuh atau mendapatkan kegagalan, tapi ketahuilah dari suatu kegagalan itu yang kita dapatkan itu menjadikan suatu rasa ingin tau yang sangat besar bagi seseorang tak kenal lelah dyang  selalu ingin mencubanya dan mengatahuinya.

Dan pada umumnya suatu kegagalan itu sering sekali kita temui atau pun kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dan kita pun tak pernah sadar betapa pentingya kegagalan itu, karena dari kegagalan itu lah kita dapat menjadikan sebuah kemenagan yang sangat berkenan dalam kehidupan.