Tampak bengkak kedua mata Putri, ia hanya bisa duduk terdiam dan
terpaku pada seujung dipan yang memang sedari tadi telah menemaninya.
Gejolak batin yang saat ini sedang ia rasakan benar-benar telah menguras
air matanya. Ya menguras air matanya.
Ia benar-benar merindukan sesosok wanita yang dicintai dan
disayanginya. Wanita yang telah melahirkannya. Namun, kerinduan yang
sedang Putri rasakan, tak lebih hanya bisa terobati oleh oleh sebuah
foto usang. Dia menatap foto itu dalam-dalam. Sesekali ia memeluk foto
itu, sesekali ia dengan penuh perasaan mencium foto itu dengan harapan
semua yang selalu ia lakukan pada foto itu akan menjadi kenyataan. Putri
benar-benar merindukan wanita itu. Karena, sedari kecil Putri tak
pernah merasakan mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari wanita yang
disebutnya “IBU” itu. Wajahnya semakin sedih, mengingat Putri saat ini
hanya tinggal sendiri dalam sebuah rumah sederhana hasil dana sumbangan
bagi korban gempa. Ya, korban gempa.
4 tahun yang lalu, Putri tertimpa musibah. Ia harus kehilangan ayah
dan keempat saudaranya yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan
rumahnya akibat gempa dahsyat yang mengguncang Purwonosari daerah tempat
dimana Putri tinggal. Putri semakin sedih mengingatnya. Dia terus
menerus memikirkan kejadian yang menimpa keluarganya yang telah lalu
itu. Selain itu, Putri pun tak tahu dimana Ibu Putri saat ini. Ia tetap
terdiam, tetap merenung dan tetap bersedih dengan aliran air mata yang
semakin deras menuruni pipinya hingga membasahi kerudung yang sedang ia
kenakan.
Putri tak pernah tau tentang ibunya karena sedari kecil ibunya telah
pergi entah kemana setelah melahirkan Putri. Putri saat ini telah
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berhasil. Ia saat ini telah
menyelesaikan kuliahnya di fakultas sastra inggris dengan nilai Qumloat.
Walaupun Putri hidup sendirian, dia mendapat beasiswa hingga lulus
kuliah. Terbukti, saat ini Putri telah tinggal dalam rumah yang nyaman
dan mendapat pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan. Putri bertekad
mencari ibunya. Putri ingin bisa tinggal bersama ibunya dengan hasil
jerih payahnya selama ini. Namun, Putri bingung. Ia harus mencari ibunya
kemana? hanya sebuah foto usang yang ia jadikan sebagai petunjuk untuk
menemukan ibunya. Sebuah petunjuk yang Putri berharap dapat bertemu
dengan wanita yang benar-benar dirindukannya selama 27 tahun.
Siang, malam Putri mencari kesana kemari. “Sudah 27 tahun, apakah
Putri tetap dapat bisa menemukan ibu Putri? Putri tidak tau ibu sekarang
dimana. Putri tidak tau ibu sekarang tinggal dimana dan dengan siapa,
petunjuk apa lagi yang harus Putri miliki untuk bisa menemukan wanita
perkasa yang telah melahirkan Putri? Putri bingung, Putri telah mencari
hampir ke seluruh daerah Jawa Tengah ini, namun tetap saja tidak Putri
temukan” begitu kata hati Putri berkata dengan penuh rasa kekecewaan
yang mendalam. Tidak mudah memang mencari seseorang yang telah lama
hilang dengan petunjuk hanya sebuah foto usang yang belum tentu semua
orang dapat mengenalinya. “oh ibu, dirimu dimana sekarang? ibu, Putri
benar-benar merindukan ibu” Putri kembali bertanya-tanya dalam hati.
Putri yang telah merasakan kelelahan, masih tak henti untuk mencari dan
terus mencari.
Pada saat sang jingga tak mampu lagi untuk menampakkan sinarnya,
Putri berjalan dan terus berjalan hingga akhirnya Putri menatap sebuah
sanggar tari. Sebuah sanggar yang benar-benar sederhana dengan
ornamen-ornamen khas yang terdapat di depan pintu dari sanggar tari yang
sedang berada di depan mata Putri. Putri lelah, kemana lagi ia harus
mencari ibunya. Sebuah sanggar yang saat ini sedang di depan matanya
itu, seperti menarik hati Putri untuk menumpang istirahat sejenak di
dalam. Seperti ada ikatan yang kuat, supaya Putri beristirahat di dalam.
Atau mungkin perasaan itu hanya perasaan yang lelah saja karena telah
seminggu Putri mencari wanita yang sangat ia rindukan. “Tetapi, ini kan
sanggar, ini bukan villa atau hotel, bagaimana Putri dapat beristirahat
di sini? apakah diijinkan?” Putri terus bertanya dalam hatinya. Namun,
kelelahan yang sangat ia rasakan saat ini membuat ia memberanikan diri
memasuki sanggar tari yang telah dilihatnya sedari tadi.
Tampaklah di dalam, beberapa anak-anak perempuan yang bisa dibilang
usianya masih sekitar 8 – 10 tahun sedang asyik menari diiringi lantunan
nada dengan gerakan tari mereka yang begitu luwes dan begitu menarik
untuk disaksikan dua pasang mata Putri.
Namun, disisi yang lain Putri melihat sesosok wanita yang cantik nan
sederhana dengan selendang hijau di pinggangnya yang sedang ia kenakan.
Namun, terlihat wanita itu tidak sedang gembira. Wanita itu, tampak
tidak bersemangat. Wanita itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Ah
apalah yang sedang Putri pikirkan, kenapa Putri memikirkan apa yang
sedang terjadi pada wanita itu. Tetapi, hati Putri merasakan sesuatu
aneh yang menyelimuti pikiran saat melihat sesosok wanita yang sedang
berada pada ujung dinding dengan bunga-bunga yang menemaninya. Putri
bingung, Putri merasakan sesuatu yang ganjil sedang menyelimuti
pikirannya saat itu. Putri yang tidak tega melihat wanita itu sedang
melamun, ingin sekali dapat menanyakan apa yang sebenarnya wanita itu
sedang pikirkan dan membuatnya tidak bersemangat. Namun, siapalah Putri.
Datang ke sanggar tari yang sederhana saat itu baru pertama kali. Jika
Putri langsung menanyakan ibu itu kenapa, berarti Putri lancang dan sok
tau banget. Sok akrab juga. Namun, Putri ingin menanyakan. Putri
penasaran dan Putri benar-benar ingin mengetahui apa yang sebenarnya
sedang terjadi pada wanita yang duduk melamun pada seujung dinding
dengan kursi yang menopanganya sedari tadi.
Karena rasa penasaran Putri yang memburunya sedari tadi, Putri pun
memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya sedang ibu ituu
rasakan dan sedang dipikirkan. Tanpa pikir panjang, Putri pun memulai
pembicaraan dengan wanita berselendang hijau itu.
“Permisi ibu, ibu.. yang mengajar disini yaa?” basa basi Putri dengan wanita berselendang hijau itu pun dimulai.
“Oh, iya nak, saya yang mengajar tari disini. Dan kebetulan, saya juga
pemilik dari sanggar tari di sini. Emmmm, maaf nak.. kalau ibu boleh tau
nama mu siapa nak, dan ada perlu apa datang kemari? Sepertinya kamu
kelelahan nak”
jawab wanita itu dengan penuh senyuman yang tidak menampakkan kesedihan
yang sedang wanita itu rasakan tadi saat sebelum mengobrol dengan Putri.
“Nama saya Putri bu, iya saya lelah sekali bu. Saya sudah seminggu ini
mencari ibu saya, saya hanya memiliki sebuah foto usang yang saya
tunjukkan kepada orang-orang yang saya temui. Namun, satu pun dari
mereka tidak ada yang mengenali wajah dalam foto yang Putri tunjukkan.
Putri bingung, Putri benar-benar ingin bertemu dengan beliau bu..”
air mata dalam mata Putri tampak telah menggenang dalam ujung bola mata
yang sedari tadi merasakan perasaan rindu yang benar-benar tidak
terhankan.
“Kalau boleh ibu ingin melihat fotonya nak, siapa tau ibu kenal dengan orang yang sedang nak Putri cari keberadaannya”
dengan senyuman simpul di bibir wanita yang benar-benar tulus itu
membuat perasaan Putri sedikit lega melihat senyumannya yang benar-benar
mampu menenangkan hati Putri yang tadinya telah dilanda rasa rindu yang
tak terhankan.
Dengan cekatan, tangan Putri langsung mengambil sebuah foto usang
yang ia taruh dalam tas yang sedari tadi ia peluk. Ia menunjukkan foto
itu kepada ibu pemilik sanggar yang mendengarkan Putri menceritakan apa
yang sedang ia rasakan saat ini. Dengan penuh harap, Putri dapat segera
bertemu dengan ibunya yang sudah 27 tahun pergi entah kemana tanpa
sebuah pesan dan tanpa sebuah alamat dimana beliau tinggal saat ini.
Putri penuh harap, ibu yang ia temui saat ini mengetahui tentang ibunya
yang sudah lama hilang tanpa jejak dan tanpa berita. Benar, putri hanya
bisa berharap dari sebuah foto yang menurutnya dapat mengantarkannya
kepada siapa ibunya dan dimana ibunya berada dan bagaiman keadaan ibunya
saat ini.
“Ini bu, fotonya… apa, ibu mengenalinya?”
Dengan perasaan cemas penuh harap, Putri menunggu jawaban dari ibu yang
diketahui namanya adalah Ibu Marni pemilik sanggar tari saat ini.
“Apaaa…? tidak mungkin… tidak mungkin…”
Tetesan air mata terjatuh dari kedua bola mata ibu Marni dengan
cepatnya. Ibu Marni terasa sedih, terkejut. Putri pun terkejut, ia tak
tau kenapa Ibu Marni menangis saat melihat foto usang yang sedang dalam
genggamannya.
“Ibu… Ibu Marni kenapa? Ada yang salah dengan foto itu?”
Putri terus bingung, lantaran sedari tadi jawaban yang Putri tunggu tak
didapatnya. Entah, apa yang sedang Ibu Marni rasakan. Entah, apa yang
membuat Ibu Marni menangis karena melihat foto usang itu.
Tak lama kedua tangan telah mendarat di punggungnya. Ibu Marni yang
sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Putri tiba-tiba memeluk Putri
dengan lekasnya. Putri terkejut, sebab Putri tidak tau apa yang
sebenarnya terjadi. Terdengar suara dari 2 buah telinga Putri bahwa Ibu
Marni mengatakan.
“Anaaakkkuuu…”
Sontak, dengan rasa tidak percaya, Putri melepaskan pelukan Ibu Marni.
Seribu pertanyaan mendarat di pikiran Putri. Namun, ia hanya
melontarkannya beberapa kepada Ibu Marni.
“Maaf bu, ibu tadi bilang apa? anakku? maksud ibu, Putri anak ibu?
darimana ibu bisa tau? jika benar, Ibu Marni adalah ibu Putri, kenapa
Ibu dulu meninggalkan Putri? ayah tidak pernah bercerita tentang Ibu.
Ayah bungkam, setiap kali Putri bertanya tentang Ibu”
dengan perasaan haru sekaligus bahagia, namun terbersit rasa sedih dalam
Ibu Marni. Ibu Marni dengan sabar menceritakan semuanya pada Putri.
“Iya nak, benar.. Ibu adalah Ibumu… Ibu yang sudah kau cari kemana-mana.
Ibu sedih memikirkanmu nak, ibu tak tau kabarmu. Ibu tak pernah tau kau
tinggal dimana saat ini. Ibu meninggalkanmu karenaaa… Karenaaa…”
“Karena apa bu..? karena apaa? karena ibu tidak sayang pada Putri?
karena ibu memang ingin meninggalkan Putri? Putri rindu ibu, kenapa Ibu
tega meninggalkan Putri?”
Putri sedih tak berkesudahan, terlihat dari dua bola mata Putri yang
sedari tadi mengeluarkan air mata dengan derasnya hingga membasahi
kerudung birunya untuk yang kesekian kalinya.
“Dengarkan ibu nak, keadaan ibu saat itu serba salah nak. Maaf hanya itu
yang bisa ibu katakan saat ini. Jujur, kamu bukanlah anak dari ayahmu
nak. Ibu dulu telah melakukan hubungan gelap dengan lelaki lain. Ayahmu
marah besar nak kepada ibu. Ibu diusir dari rumah. Ibu pun diceraikan
oleh ayahmu. Namun, ibu meminta supaya setelah kamu lahir, kamu tetap
tinggal dengan ayahmu. Bukan bersama wanita yang telah berdosa besar dan
berzina ini. Ibu hanya tidak ingin kamu menanggung malu karena hidup
bersama ibu. Maka dari itu, ibu meminta ayahmu untuk tetap membiarkanmu
tinggal bersama ayahmu. Maafkan ibu nak, ibu bukanlah ibu yang baik. Ibu
bukanlah ibu yang pantas kau jadikan teladan. Ibu hanyalah menjadi
AIBmu. Maaf nak..”
Mendengar pengakuan dari wanita yang diketahui Putri ternyata ibunya
itu, Putri lantas tertegun. Putri sangat merasakan kesedihan yang
mendalam dan lebih dalam lagi. Putri kecewa, Putri dilemma dan Putri
benar-benar hanya bisa meneteskan air mata penuh kekecewaan dan
kehampaan.
SELESAI
Rizal Erlangga
Senin, 22 September 2014
Minggu, 14 September 2014
... lapah bannar cil e
.
tekadang hidup ini tak sesuai dengan apa yang kita harapkan,, tetapi hidup ini selalu sesuai dengan apa yang telah di takdirkan .
Dan mungkin bayak orang berpikir kalau suatu masalah itu adalah kegagalan, padahal semua itu tidak sepenuhnya.
Karena sadarilah kesalahan yang telah kita lahkukakan itu adalah suatu kebenaran yang tertunda,,
" INGGAT SINI GIN NAH, LAPAH SUDAH CIL AE MAMIKIRAKAN KATA-KATANYA "
" DO'A KU MALAM INI "
YA ALLAH tolong tolonglah hmbamu yang lemah dan tak berdaya ini,tolong bwrikanlah hamba seseoarang yang dapat mengertikan hambamu ini YA ALLAH.
Karena hambamu ini juga ingin barbahagia dengan seseorang yang saling mencintai dan menyanyangi di antara kami berdua, walaupun hanya dalam penatian hmba YA ALLAH.
Hamba akan selalu sabar dengan semua kejadian-kejadian yang takberpihak kepada hambamu ini YAALLAH.
Tetapi hamba juga akan selalu berusahadan berdo'a untuk mencari di mana kebahagiaan yang telah ada di dalam kehidupan hambamu nantinya itu.
Tetapi tolong kuatkan,tabahkan,dan berikanlah jalan hambamu ini untuk mencapai apa yang telah engkau janjikan itu YA ALLAH.
Agar hamba juga dapat berbahagia dan tersenyum yang selalu tersirat di bibir hambamu ini YA ALLAH.
Karena hamba juga ingin bahagia dengan orang yang saling mencintai dan menyangi,, antara hamba dengan seseoarang yang telah di takdirkan untuk mengisi hari-hari hambamu yang kosong ini YA ALLAH.
" KEGAGALAN = KEMENANGAN "
Mungkin kita tak pernah tau kapan kita akan mendapatkan suatu kegagalan dalam sebuah penantian yang kita harapkan, dan kita pun juga tak pernah tau kapan lita mendapat kan sebuah kemenangan atau sesuatu yang kita harap-harapkan dan kita nanti-nantikan .
Entah itu di hari-hari yang dalam waktu dekat atau pun waktu yang lama.
Tapi kita harus selalu mencubanya walaupun kita sering terjatuh atau mendapatkan kegagalan, tapi ketahuilah dari suatu kegagalan itu yang kita dapatkan itu menjadikan suatu rasa ingin tau yang sangat besar bagi seseorang tak kenal lelah dyang selalu ingin mencubanya dan mengatahuinya.
Dan pada umumnya suatu kegagalan itu sering sekali kita temui atau pun kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dan kita pun tak pernah sadar betapa pentingya kegagalan itu, karena dari kegagalan itu lah kita dapat menjadikan sebuah kemenagan yang sangat berkenan dalam kehidupan.
Langganan:
Postingan (Atom)